Mayat Anak-anak Suriah Kembali Bergelimpangan Akibat Senjata Kimia
Pemandangan memilukan kembali disaksikan di Suriah, saat mayat anak-anak yang tidak berdosa bergelimpangan. Rezim Bashar al-Assad melancarkan serangan senjata kimia lagi, menewaskan puluhan warga sipil.
Menurut Mounzer Khalil, kepala otoritas kesehatan Idlib, rumah sakit di provinsi itu kewalahan menampung dan merawat para korban. Dikutip Reuters, Khalil mengatakan korban berjatuhan setelah serangan dilancarkan oleh jet tempur Suriah, Selasa (4/4), di kota Khan Sheikhoun.
"Pagi ini, pukul 6.30 pagi, jet tempur mengincarkan Khan Sheikhoun dengan gas, diduga sarin dan klorin," kata Khalil.
Dalam berbagai foto yang tersebar di media sosial dan beberapa kantor berita, terlihat anak-anak hanya bercelana dalam meregang nyawa. Mereka dibuka bajunya, disiram air dengan selang untuk meminimalisir dampak gas klorin yang bisa membakar kulit dan paru-paru.
Anak-anak ini lunglai saat dilarikan menuju rumah sakit. Tidak diketahui apakah nafas mereka masih berhembus atau tidak. Foto lainnya -terlalu mengerikan untuk ditampilkan- memperlihatkan mayat anak-anak yang bertumpukan, tidak berbaju, wajah mereka pucat dan mulut mereka berbusa.
Menurut lembaga pemantau konflik Suriah yang berbasis di London, Syrian Observatory for Human Rights, sedikitnya 58 orang tewas mengenaskan, termasuk 11 anak-anak.
Hussein Kayal, fotografer dari Idlib Media Center, mengaku terkejut dengan suara ledakan bom di pagi hari kemarin. Dia langsung berlari ke arah suara tersebut dan melihat kengerian dengan matanya sendiri.
Satu keluarga dalam sebuah rumah tidak bisa bergerak sama sekali, mata mereka terbelalak dan pupil mereka mengecil. Kayal langsung memakai masker dan membawa para korban ke rumah sakit. Dia merasakan sensasi terbakar di jari-jarinya saat menggendong para korban.
Abu Hamdu, petugas penyelamat di Khan Sheikhoun, mengatakan banyak orang yang mencari anggota keluarga mereka, bahkan 12 jam setelah serangan terjadi. "Masih banyak orang yang kehilangan anggota keluarganya," ujar Hamdu, dikutip Associated Press.
Abdulhaj Tennari, dokter spesialis pulmonologi, yang merawat para korban mengatakan serangan itu lebih mematikan ketimbang gas klorin. Menurut dia, kebanyakan korban meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Jika mereka sampai ke rumah sakit, kami bisa merawatnya," ujar Tennari.
Selain itu, kata dia, tim medis mulai kehabisan penawar racun gas kimia, yaitu Pralidoxem.
Pemandangan yang terjadi di Khan Sheikhoun mengulang kembali mimpi buruk anak-anak Suriah pada tahun 2013.
Saat itu Assad melancarkan serangan senjata kimia ke wilayah Ghouta di pinggiran Damaskus, menewaskan 1.300 orang, sebagian besar anak-anak.
Serangan gas beracun yang terjadi di Suriah diduga menewaskan sedikitnya 100 orang dan 400 orang luka-luka. Serangan ini terjadi di Provinsi barat laut Idlib, Suriah, yang saat ini masih dikuasai oleh kelompok pemberontak.
Dilansir Reuters, Rabu (5/4/2017), petugas medis memfokuskan penyelamatan di Provinsi barat laut Idlib, Suriah, yang dikuasai oleh pemberontak. Namun, sebuah sumber yang berasal dari militer Suriah membantah keras jika tentara yang telah menggunakan senjata tersebut.
Kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia) mengatakan bahwa serangan ini diyakini telah dilakukan oleh jet tentara Suriah, dan menyebabkan banyak orang mendadak tersedak, bahkan beberapa korban mengeluarkan busa dari mulut mereka.
Rata-rata yang mengalami gejala ini adalah anak-anak di bawah usia delapan tahun.
"Pagi ini, pukul 06.30, pesawat-pesawat tempur yang menargetkan Khan Sheikhoun dengan gas, diyakini berisi sarin dan klorin. Serangan itu telah menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 300 orang," kata Kepala Otoritas Kesehatan Idlib, Mounzer Khalil dalam konferensi pers, Selasa (4/4/2017).
"Sebagian besar rumah sakit di Provinsi Idlib sekarang dipenuhi dengan orang-orang yang terluka," tambah Khalil.
Menurut Kelompok Bantuan Medis Suriah, dari 400 orang yang terluka ini hampir semua mengalami gangguan pernapasan. The Union of Medical Care Organizations memprediksi korban tewas akan terus meningkat.
"Kami telah melihat lebih dari 40 serangan sejak 06.30 pagi, jumlah korban terus meningkat di wilayah Idlib serta serangan tidak beracun di Hama," kata kelompok tersebut.
Peristiwa ini akan menandai serangan kimia mematikan di Suriah sejak peristiwa gas sarin yang menewaskan ratusan warga sipil di Ghouta di dekat ibu kota pada bulan Agustus 2013. Negara-negara Barat mengatakan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas serangan 2013.
Sebagian besar wilayah Provinsi Idlib dikuasai oleh aliansi pemberontak yang termasuk Fateh al-Sham Front, bekas afiliasi Al-Qaeda. Wilayah itu kerap menjadi target serangan udara rezim Suriah serta pesawat-pesawat tempur Rusia yang merupakan sekutu utama Suriah. Idlib juga telah beberapa kali dibombardir oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk memerangi kelompok ISIS.
Serangan gas ini terjadi hanya beberapa hari setelah pada pasukan yang setia pada Presiden Suriah Bashar al-Assad dituduh menggunakan senjata kimia dalam serangan di provinsi Hama. Pihak oposisi menuduh pasukan pemerintah menggunakan 'bahan beracun' dalam pertempuran menghadapi para pemberontak. Menurut Observatory, sekitar 50 orang mengalami gangguan pernapasan akibat serangan udara di sebelah utara provinsi Hama pada Kamis (30/3) waktu setempat itu.
(nth/dhn) [2]
Sumber :
[1] https://kumparan.com/denny-armandhanu/mayat-anak-anak-suriah-kembali-bergelimpangan-akibat-senjata-kimia
[2] https://news.detik.com/internasional/3465232/korban-tewas-serangan-gas-beracun-suriah-bertambah-jadi-100-orang