Teladan Abadi Imam Husain: Hari Asyura Dari Berbagai Perspektif
Teladan Abadi Imam Husain: Hari Asyura Dari Berbagai Perspektif
KARYA: Ririn Ariani
Hari Asyura adalah hari kesepuluh pada bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Hari Asyura
menjadi hari penting baik dalam pandangan Sunni ataupun Syi’ah. Bagi kalangan Syi,ah hari ini
merupakan hari berkabungnya atas kesyahidan Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw pada
Pertempuran Karbala tahun 61H (680M). Sedangkan bagi kalangan Sunni, dapat dilihat dari
berbagai perspektif yaitu hadist, sejarah, dan perspektif budaya masyarakat. Bahkan lebih dari itu,
tanpa memperdulikan mazhab, cukup hanya merujuk kepada Rasulullaah Saw. Asyura juga
dijadikan momentum untuk meningkatkan keimanan dan meningkatkan kecintaan kepada
Rasulullah Saw.
Terdapat sejumlah hadist Nabi yang menuntun umat islam agar melakukan serangkaian amal
kebaikan pada hari penting Asyura. Di dalam hadis Rasul mengatakan: Puasa pada
hari ‘Asyura menghapuskan dosa satu tahun yang lewat (H.R Muslim dari Abu Qutbah).
.
Abdullah bin Mas’ud ra. Mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada
hari Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan
puasa Asyura.” (HR Bukhari dan Muslim).
.
Dalam arti, disebutkan dalam sejumlah hadis bahwa puasa di hari ‘Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadis menyarankan agar puasa hari Asyura didahului oleh puasa satu hari sebelum
puasa hari Asyura, alasannya untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa
pada hari Asyura saja. Oleh sebab itu beliau menyarankan umat islam berpuasa pada hari Asyura
ditambah puasa satu hari sebelumnya sehingga berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharraam.
Dari perspekif sejarah dapat dilihat dari cara pandang peristiwa 10 Muharram menurut Sunni,
diantaranya adalah: hari diciptakannya Nabi Adam AS, bertobat, dan dimasukannya ke dalam
surga, Nabi Idris AS diangkat ke tempat yang tinggi. Pada hari itu pula Nabi Nuh AS merapat
di bukit Judi. Nabi Ibrahim dilahirkan, dan juga pada hari itu Nabi Ibrahin diselamatkan dari
api unggun. Nabi Ya’kub AS disembuhkan dari kebutaan dan ia dibawa bertemu dengan
Nabi Yusuf. Nabi Musa selamat dari pasukan Fir’aun saat menyebrangi laut merah.
Nabi Sulaiman AS juga diberi kerajaan besar dan Nabi Yunus AS dikeluarkan dari perut
ikan paus. Dan Nabi Isa AS dilahirkan dan pada hari itu pula ia diangkat ke langit.
Pada perspektif budaya masyarakat, ada berbagai tradisi dan kepercayaan yang berkembang
seputar Asyura. Kaum Nasibah yang membenci Husain ra. Juga membawakan riwayat hadis,
“siapa yang memakai celak mata pada hari Asyura, maka dia tidak akan sakit mata selama tahun
itu. Siapa yang mandi besar pada hari Asyura maka dia tidak sakit selama setahun itu.
” Semua hal itu merupakan hal yang berlebihan terhadap Husain ra. Karena tidak pernah
diajarkan oleh para Imam Mazhab. Selain itu, tidak ada dalil yang cukup kuat untuk mengikuti
praktek tersebut.
Anggapan-anggapan yang keliru lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan
bahwa bulam Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain ra
terbunuh pada bulan itu. Akibatnya adanya anggapan yang salah ini, sebagian umat islam ada
yang tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharam dan melakukan upacara khusus
sebagai tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala. Berduka
atas peristiwa tersebut merupakan tradisi yang berkembang di kalangan Syi’ah. Mereka bisa
menjadikannya sebagai hari berkabung dengan menangisi, memukul-mukul bahkan melukai
wajah dan punggung mereka. Sedangkan bagi muslim Sunni hal tersebut sangatlah bertentangan
dengan tuntunan Nabi Muhammad Saw. Karena hal tersebut adalah warisan orang-orang pada
zaman jahiliyah. Islam tidak mengajarkan hal seperti itu Rasulullaah Saw. Bersabda :
“Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek bajunya dan berteriak-teriak
(menangis) seperti tindakan orang-orang pada zaman jahiliyah. “(HR. AL-Bukhari).”
Di kalangan suku Banjar yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan Hari Asyura dirayakan
sebagai ekspresi kegembiraan dengan membuat bubur Asyura yang terbuat dari beras dan
campuran 41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Dan bubur tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunnah di hari Asyura.
Singakatnya tradisi ini diangkat dari kisah Nabi Nuh yang berlabuh di bukit Judi,
baginda menyuruh kaumnya mengumpulkan bahan makanan yang ada.
Dalam syair Imam ibnu Hajar al-Aqsani dinyatakan :ada 7 yang dimakan yaitu gandum (tepung),
kemudian kacang mash, kacang adas, kacang himmash, dan kacang lubia, dan kacang ful.
Karena bukan hadis Nabi yang shahih tradisi ini bukanlah merupakan sesuatu yang bersifat
sunnah Rasul. Dan hanya sebuah tradisi oleh karena itu kaum Muslim berhati-hati dalam
menyikapi hari Asyura ataupun niat dalam pembuatan bubur Asyura agar tidak menimbulkan
kesyirikan atau kemusyrikan.
Teladan abadi Imam Husain. Bagi kalangan Syi’ah, hari Asyura (10 Muharram) 61H, adalah
hari duka yang tak akan pernah terlupakan. Karena pada hari tersebut Husain bin Ali Ibn Abi
Thalib tewas mengenaskan di Karbala. Bukan saja Husain yang tewas , keluarga Rasul dan
para pengikutnya juga habis dibantai oleh pasukan Yazid bin Mu’awiyah. Sejarah mencatat,
hanya Ali Zainal Abidin putranya Husein yang selamat bersama Zainal binti Ali saudara ayahnya.
Banyak riwayat yang menyebutkkan pembunuhan yang keji itu terjadi karena perlawanan yang
diberikan Imam Husain bin Ali dan pengikutnya terhadap kezaliman Yazid putra Mu’awiyah dan
pasukannya terhadap umat Islam sendiri yang berbeda dengan agamanya.
Pembunuhan ini dilakukan oleh kelompok Pro-Khalifah pada masa itu. Yaitu pendukung
Yazid bin Mua’awiyah. Menurut beberapa pakar sejarah, meskipun sebenarnya khalifah Mua’wiyah
tidak menghendaki tentang pembunuhan itu. Abdullah bin Abbas. Abdullah bin Zubair, dan
sahabat-sahabat yang lain telah mengingatkan Husein untuk jangan berangkat menemui
penduduknya di Kufah, karena kuat kemungkinan hal itu perangkap atas dirinya dan ahlul bait.
Namun karakter Husein yang teguh pendirian dan pemberani seperti ayahnya Ali bin Abi Thalib,
membuatnya menolak saran kolega-koleganya meski ia tetap berterimakasih atas saran tersebut.
Berangkatlah Husein dari Mekkah menuju Kufah bersama rombongan ahlul bait sebanyak 72
orang.
Sesampainya di Karbala, kurang lebih 100 km barat daya Baghdad, rombongan cucu Rasulullah
itu dihadang oleh pasukan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad atas perintah Khalifah Yazid
bin Mu’awiyah
Imam Bukhari menceritakan bagaimana penghinaan luar biasa terhadap penghulu pemuda surga
itu: ” Dari Anas bin Malik, dia mengatakan: kepala Husain dibawa dan didatangkan kepada
‘Ubaidillah bin Ziyad. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidillah bin Ziyad menusuk-nusuk
dengan pedangnya seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husain. Anas mengatakan,
“Di antara Ahlul bait, Husain adalah orang-orang yang paling mirip dengan Rasulullah Saw.”
Saat itu, Husain disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan, sejenis pacar yang condong
ke warna hitam).” (HR. Bukhari).
” Sebelum peristiwa ini terjadi, Rasulullah Saw telah memberitau akan terbunuhnya Sayyidina
Husain. Dalam sebuah hadis diriwayatkan mengenai peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husain.
Diceritakan dari Ummu Salamah ra beliau berkata: adalah Rasulullah Saw di dalam rumahku
tiba-tiba masuklah Husain ra kepada beliau. Maka aku memandangi keduanya dari pintu.
Saat itu Husain ra bermain-main di atas dada Nabi shallahu’alaihi wasalam, sementara di tangan
Nabi ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir. Dan ketika Husain ra sudah keluar,
maka akupun masuk kepada beliau, maka berkata” Dengan bapakku dan ibuku aku melihat
engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupu bersabda kepadaku:
“ketika aku bersuka cita kepadanya sementara dia di atas dadaku sambil bermain-main, maka
datanglah Jibril alaihisalam kepadaku. Dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku
menangis. Dalam kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al.Bantani halaman
35 diceritakan, sesunggunya Rasullullah Saw memberikan ummu salamah sebuah botol yang
di dalamnya berisi tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan disisinya.
Hal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi Saw dan dia mengkabarkan beliau bahwasannya
Husain akan dibunuh di atas tanah ini, dan Jibril memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya
bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliau mencium tanah tersebut seraya berkata:
” celakalah Karbala!” dan beliau berkata kepada Ummu salamah jika tanah ini sudah menjadi
darah, maka anakku, Husain dibunuh. Dan ketika dilihatnya tanah menjadi darah terperanjatlah
Ummu salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya:” pergilah engkau kepasar lihatlah
ada berita apa disana!” diapun pergi kepasar dan pulanglah dia ke Ummu salamah. Dia berkata :
Husain ra dibunuh.
Disimpulkan bahwa bulan Muharram merupakan salah satu bulan suci dan mulia dalam Islam.
Keutamaannya secara khusus ada pada tanggal 10 Muharram yang disebut hari Asyura.
Di hari itulah umat islam dianjurkan untuk berpuasa dan berdasarkan sunnah Hamiyah Rasulullah
Saw. Diperintahkan pula pada hari kesembilan yang disebut Tasu’a. Pada tanggal yang sama
pula terjadi tragedi tewasnya salah satu cucu kesayangan Nabi Muhammad Saw di Karbala.
Dalam Tragedi Karbala ini juga mestinya dijadikan momentum untuk mewujudkan cinta
kepada rasul dan juga keluarganya. Ekspresi kecintaan kepada Husain bin Ali di kalangan
pengikut Syi’ah diwujudkan dengan beragam acara yang umumnya dilaksanakan pada hari
Asyura tersebut, demikian juga tradisi bubur Asyura pada suku Banjar adalah bukti ekspresi
budaya dalam menyambut dan memperingati hari Asyura. Walaupun terdapat perbedaan terhadap
Sunni dan Syi’ah dalam memperingati hari Asyura, namun keduanya dapat bertemu pada satu
titik yaitu menguhkan kesalehan individu dan sosial kita sebagai umat pada satu sisi.
Sedangkan pada sisi lain mendorong kita untuk lebih mengenal keluarga Rasulullah Saw.