Katakan Tidak untuk Tahun Baru !!!
KPMD - Tahun Baruan nih bro? eits.. sebenernya
tahun baru ini harus gak sih kita rayain ataukah kita
nontonin petasan yang menghiasi langit ? “Wah kok ane penasaran yak” yaudah yuk
kita bahas tuntas.
Temen-Temen sekalian, tahun baru kita sudah
mengetahui yah bahwa ia merupakan moment terindah dalam setiap tahun dan
biasanya tahun baru ini hari-hari yang masyarakat sendiri banyak sekali yang
merayakanya, bahkan diantara mereka gak tanggung-tanggung untuk memborong
kembang api untuk di bakar pada saat malam tahun baru.
Dan temen-temen sekalian ketahui bahwa ini
adalah moment yang pas bagi masyarakat khususnya di kalangan pemuda maupun
pelajar SMA bahkan mirisnya bahwa mayoritas diantara mereka dari kalangan
pemuda memanfaatkan dengan berfoya-foya, tidak heran diantara mereka banyak
sekali yang nongkrong tanpa kejelasan dan tanpa kepentingan.
Temen-temen sekalian, sebenernya malam
tahun baru bisa jadi moment terindah loh tapi sebenernya dalam islam semua hari
adalah moment terindah, mau tau buktinya ?
PERTAMA
Waktu Pagi adalah Waktu yang Penuh Berkah
Waktu yang berkah adalah waktu yang penuh kebaikan. Waktu pagi telah
dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu
yang berkah.
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ
بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang
meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa
membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya
dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah.
(HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih
wa Dho’if Sunan Abi Daud)
KEDUA
Waktu Pagi
adalah Waktu Semangat Untuk Beramal
Dalam Shohih
Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا
وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ
مِنَ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang
membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah
kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh).
Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang
mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu.
Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari
tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no.
39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)
Yang dimaksud ‘al ghodwah’ dalam hadits ini adalah perjalanan di awal
siang. Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah
waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul
Bari 1/62, Maktabah Syamilah)
Nah.. Kebayangkan gimana Islam meng-istimewakan semua hari dalam beramal maupun menggapaikeridho-aNya bukan hanya setiap hari bahkan setiap pagi maupun siang bahkan sore sekalipun Islam sudah mengatur dan itu merupakan hari terbaik setiap muslim. Dan inilah yang menjadi perbedaan yang signifikan antara Islam dan orang yang merayakan tahun baru masehi padahal ini merupakan kebiasaan orang non-islam.
Yuk Analisis lagi apakah merayakan tahun baru dibolehkan?
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1]
Dari sini kita dapat menyaksikan bahwa perayaan tahun baru dimulai dari
orang-orang kafir dan sama sekali bukan dari Islam. Perayaan tahun baru ini
terjadi pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah
dirayakan oleh orang-orang kafir.
Kesimpulan nya :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Penulis : Yoga Pratama
Pendidikan : SMA PRO AN-NIZHOMIYAH, Kelas XI.IPA
Bergelut di Bidang kepenulisan BLOG KPMD, Departement Media KPMD
________________________________________________
[1] Sumber bacaan: http://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru