Dik, Tahun baru jangan foya-foya
Pagi tadi kudapati adikku yang tak lepas memegang handphone sejak seusai sholat subuh. Entahlah apa yang ia lakukan sampai-sampai tak peduli dengan yang sedang aku dan ibu lakukan, padahal kami sudah sibuk merapikan rumah saat ia masih tertidur nyenyak. Akhirnya ku hampiri dia.
"kamu ngapain aja sih dek dari tadi?" Tanyaku dengan gemas.
"Ini loh kak, aku lagi cari info tahun baru ini mau kemana sama temen-temen." Jawabnya tanpa berpaling dari handphone kesayangannya itu.
"Loh kan kakak udah ajakin buat ikut muhasabah akbar, kenapa masih bingung mau kemana, sekalian tuh ajakin temen-temen kamu." Jawabku masih dengan nada gemas.
"Ah kak, nanti aku nyesel gaikutan kumpul bareng yang lain." Jawabnya mengelak tawaranku. "Yaudah terserah, tapi nanti kalau kamu mau ikut, kakak tunggu ya." Aku pun membiarkannya dan bergegas membantu ibu kembali.
"Kak, menurut kakak mending aku adain acara bakar-bakar dirumah, atau aku yang pergi kerumah temenku?" Tanya adikku, padahal seharusnya dia sudah tau jawaban apa yang akan aku katakan.
"Menurut kakak? Lebih baik kamu sama temenmu bakar semangat dalam jiwa kamu tuh biar lebih deket sama Allah, daripada gajelas kayak gitu, cuma ngeberantakin rumah aja." Pendapatku yang masih tetap mengajak adikku ini harusnya bisa berpengaruh padanya, namun kurasa itu semua belum berdampak, karena setelah bertanya dia malah keluar rumah menyambut panggilan dari teman-temannya itu. Mereka akhirnya berkumpul di ruang tamu rumahku, terdengar mereka sedang sibuk merencanakan apa saja yang akan mereka beli untuk persiapan tahun baru itu. Huh semoga saja mereka sadar, tak ada gunanya apa yang akan mereka lakukan itu.
Keheningan tergambar dirumahku untuk sekian detik, mungkin hanya detik jam dan suara kendaraan yang berlalu lalang di depan rumah yang terdengar. Padahal sedari tadi mereka bersuara layaknya di pasar. Dengan penasaran akhirnya kuhampiri mereka. Ternyata, mereka sedang menyaksikan pemandangan yang cukup menyayat hati disaat mereka membicarakan hal yang tak begitu berguna. Ada seorang ibu dan dua orang anaknya yang sedang mengumpulkan gelas demi gelas plastik untuk mempertahankan hidup mereka, terlihat dari raut wajah mereka yang lelah dan penampilan yang lusuh. Lalu adikku mengambil catatan barang yang akan mereka beli dan mulai mencoretnya satu persatu tanpa meminta persetujuan dari teman-temannya itu dan menggantinya dengan tulisan 'untuk ibu dan dua anaknya tadi' "kalian setujukan?" Tanya adikku perlahan dan dijawab dengan anggukan dari teman-temannya.
Alhamdulillah yaAllah akhirnya adikku tau apa yang seharusnya ia lakukan.
"Nahhh untuk mengganti acara tahun baru kalian, ikut kakak aja yuk muhasabah akbar bareng, dijamin gak nyesel tuh ngebatalin acara kalian yang emang udah batal *eh " "iiiih kakak... okedeh kita ikut" sambut mereka yang akan bergegas menuju ibu dan dua orang anak tadi untuk memberikan sesuatu sesuai daftar yang telah mereka buat.
HIKMAH :
"kamu ngapain aja sih dek dari tadi?" Tanyaku dengan gemas.
"Ini loh kak, aku lagi cari info tahun baru ini mau kemana sama temen-temen." Jawabnya tanpa berpaling dari handphone kesayangannya itu.
"Loh kan kakak udah ajakin buat ikut muhasabah akbar, kenapa masih bingung mau kemana, sekalian tuh ajakin temen-temen kamu." Jawabku masih dengan nada gemas.
"Ah kak, nanti aku nyesel gaikutan kumpul bareng yang lain." Jawabnya mengelak tawaranku. "Yaudah terserah, tapi nanti kalau kamu mau ikut, kakak tunggu ya." Aku pun membiarkannya dan bergegas membantu ibu kembali.
"Kak, menurut kakak mending aku adain acara bakar-bakar dirumah, atau aku yang pergi kerumah temenku?" Tanya adikku, padahal seharusnya dia sudah tau jawaban apa yang akan aku katakan.
"Menurut kakak? Lebih baik kamu sama temenmu bakar semangat dalam jiwa kamu tuh biar lebih deket sama Allah, daripada gajelas kayak gitu, cuma ngeberantakin rumah aja." Pendapatku yang masih tetap mengajak adikku ini harusnya bisa berpengaruh padanya, namun kurasa itu semua belum berdampak, karena setelah bertanya dia malah keluar rumah menyambut panggilan dari teman-temannya itu. Mereka akhirnya berkumpul di ruang tamu rumahku, terdengar mereka sedang sibuk merencanakan apa saja yang akan mereka beli untuk persiapan tahun baru itu. Huh semoga saja mereka sadar, tak ada gunanya apa yang akan mereka lakukan itu.
Keheningan tergambar dirumahku untuk sekian detik, mungkin hanya detik jam dan suara kendaraan yang berlalu lalang di depan rumah yang terdengar. Padahal sedari tadi mereka bersuara layaknya di pasar. Dengan penasaran akhirnya kuhampiri mereka. Ternyata, mereka sedang menyaksikan pemandangan yang cukup menyayat hati disaat mereka membicarakan hal yang tak begitu berguna. Ada seorang ibu dan dua orang anaknya yang sedang mengumpulkan gelas demi gelas plastik untuk mempertahankan hidup mereka, terlihat dari raut wajah mereka yang lelah dan penampilan yang lusuh. Lalu adikku mengambil catatan barang yang akan mereka beli dan mulai mencoretnya satu persatu tanpa meminta persetujuan dari teman-temannya itu dan menggantinya dengan tulisan 'untuk ibu dan dua anaknya tadi' "kalian setujukan?" Tanya adikku perlahan dan dijawab dengan anggukan dari teman-temannya.
Alhamdulillah yaAllah akhirnya adikku tau apa yang seharusnya ia lakukan.
"Nahhh untuk mengganti acara tahun baru kalian, ikut kakak aja yuk muhasabah akbar bareng, dijamin gak nyesel tuh ngebatalin acara kalian yang emang udah batal *eh " "iiiih kakak... okedeh kita ikut" sambut mereka yang akan bergegas menuju ibu dan dua orang anak tadi untuk memberikan sesuatu sesuai daftar yang telah mereka buat.
HIKMAH :
- Bukankah membantu sesama makhluk ciptaanNya jauh lebih indah daripada mementingkan kepentingan pribadi semata apalagi hal itu tak sesuai dengan yang Allah perintahkan? Ya... itulah yang kucoba sampaikan lewat tulisan diatas.
- Membantu seseorang yang membutuhkan jauh lebih baik daripada harus menghamburkan harta dengan tidak jelas, dan tak sesuai syariat yang telah Allah tetapkan. Peka terhadap lingkungan itulah salah satu kuncinya.
Penulis :
Mellyana, SMAN 3 Depok, XI MIA. KPMD Sebagai Departemen Media(Cyber Dakwah) - Bergelut di Dunia Kepenulisan Blog KPMD