Jangan Lewatkan! Keistimewaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Bismillahirrahmanirrahiim..
Tunggu apa lagi? Yuk, fastabiqul khairat (berlomba-loma dalam kebaikan)!
Semoga Allah menerima segala amal kebaikan kita.
Allahumma aamiin..
Bulan Ramadhan telah tiba beberapa hari
yang lalu. Bulan ini merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang
yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shalih. Namun, seringkali nih
kalau udah mau dekat-dekat penghujung bulan Ramadhan, alias hari-hari akhir,
semangat yang berkobar gagah di awal itu mulai meredup dan lama-lama surut. Padahal
sepulah hari terakhir itu sangat istimewa lho teman-teman.
Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan
tentang kondisi Rasul saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan: “Beliau
jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Apa sih rahasia perhatian lebih
Rasulullah terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab
utama. Sebab pertama, karena sepuluh
terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu
tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“Ya
Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik
amalku adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di
mana aku berjumpa dengan-Mu kelak.”
Sepuluh hari terakhir Ramadhan
merupakan pamungkas bulan ini, sehingga sudah selayaknya lah setiap manusia
mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya
untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan
ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul
qadar. Lailatul qadar adalah
malam yang amat mulia. Manusia tidak dapat membayangkan betapa mulianya. Lailatul qadar merupakan rahasian Ilahi.
Ia adalah satu situasi di mana yang menemukannya atau ditemuinya marasakan
dorongan untuk berbuat kebajikan serta kedamaian dan kesejahteraan. Ia tidak
terikat dengan dimensi waktu sehubungan dengan rotasi bumi, karena ia tidak
berbentuk fisik.
Namun demikian, ini bukan berarti bahwa
malam mulia itu tidak dapat “ditemui” atau menemui seseorang selain Rasul saw.
Sebab kalau demikian, mengapa Rasul saw. menganjurkan umatnya untuk
mempersiapkan diri menyambutnya dengan memperbanyak i’tikaf dan ibadah khususnya pada malam-malam ganjil setelah dua
puluh hari Ramadhan?
Adakah kiat menjumpai malam yang lebih baik dari seribu bulan
itu? Untuk mendapatkannya, memang tak ada pilihan lain kecuali kita harus
terus-menerus beramal-shalih secara istiqomah di sepanjang hari, di sepanjang
malam, di sepanjang bulan Ramadhan dan terutama di sepuluh malam yang terakhir.
Tapi, tidak ada ruginya sama sekali kan ibadah-ibadahnya makin ditingkatkan
baik secara kualitas dan kuantitas?
Lebih khusus memperbanyak do’a yang
ma’tsur:
Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah,
bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika aku
mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan?
Nabi bersabda: “Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu
‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai orang
yang meminta maaf, maka ampunilah aku.” ( HR. Ahmad dan disahihkan
oleh Syaikh Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai saudaraku
muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu
Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan.” Karena
ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan keta’atan
dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan itu semua bersamaan berlalunya
Ramadhan.
Merugilah kita yang luput dari peningkatan ibadah pada
hari-hari sepuluh terakhir ini. Kebahagiaan mukmin sebenarnya bukan hanya
karena akan mendapatkan bonus pahala lailatul
qadar dan sejenisnya, namun kebahagiaan mukmin adalah saat dirinya
mengabdi, mohon ampun, berserah dan tunduk kepada Rabbnya, karena itulah nikmat
besar yang tiada tara! Allah cinta agar manusia ta’at
sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di
sepanjang waktu. Dan karena kita ingin mengambil bekal sebanyak mungkin di satu
bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.
Tunggu apa lagi? Yuk, fastabiqul khairat (berlomba-loma dalam kebaikan)!
Semoga Allah menerima segala amal kebaikan kita.
Allahumma aamiin..