Muhasabah

Oleh: Awwah Halim
Sekjend-KPMD

Penulis pada artikel ini ingin mengajak antum antunna menganalisis masalah berikut:
Suatu ketika ada dua orang yang ingin melamar kerja menjadi salesman dan antara keduanya tidak saling mengenal.

Orang pertama datang tepat waktu, pakaiannya rapi dan wangi. Dia mengucapkan salam ketika masuk ke ruang HRD, duduk setelah dipersilahkan, dan selalu tersenyum dengan wajah yang ceria. Wawancara pun berlangsung dengan semestinya. Pada kalimat terakhirnya ia berkata, “Saya adalah salesman yang anda cari.”

Orang kedua sangat berbeda dengan orang pertama. Ia datang terlambat, meskipun hanya beberapa menit saja. Pakaiannya pun lusuh dan asal – asalan. Tapi dia tetap salam ketika masuk ruang HRD. Dia tidak menampakkan wajah cerianya selama masa wawancara. Wawancara pun berlangsung dengan semestinya. Pada kalimat terakhirnya ia juga berkata, “Saya adalah salesman yang anda cari.”

Menurut teman – teman semua, siapakah yang akan terpilih menjadi salesman?
Pilihannya tetap akan penulis limpahkan kepada antum antunna sekalian, namun penulis ingin meng-analogikan dengan posisi kita.

Sebagai Agent of Change, kita bergerak atas dasar Islam dan hanya tertuju pada Allah swt semata. Apa yang kita harapkan dari bersusah – susah mendatangi majelis ilmu, syuro rohis, cari dana kegiatan kesana sini, dsb ? Tentunya Ridho Allah bukan?

Namun apakah yang kita lakukan benar mengundang keRidhoan Allah?

Jika ya, apakah setiap sikap dan tingkah laku kita selama ini hanya mengharap Ridho-Nya?

Bukan ingin menghujat, namun hanya ingin saling mengingatkan dalam kebaikan.
Waktu kedatangan pelamar salesman adalah waktu. Shalat yang Allah telah sediakan, ingin datang terlambat ataupun tepat waktu kehendak kita. Pastinya Allah tidak akan menyianyiakan kesungguhan hambaNya.

Pakaian pelamar adalah keadaan dan kondisi hati kita. Apakah hati kita selalu ceria karena berdzikir kepadaNya? Ataukah murung seakan kita tak mengenal Allah?

Mengenai kalimat terkakhir, inilah persamaan orang yang bertaqwa dengan orang munafik. Mungkin kita sering mengaku orang benar, orang baik, alim, rajin menabung, dan tidak sombong(??). Inilah persamaannya, sama – sama bisa mengaku dan berkilah. Bahkan Allah pun lebih mengetahui apa yang ada di dalam isi hati hambaNya.

Ikhwah fillah rahimakumullah, mari kita merenung sejenak, tentang apa yang sudah kita lakukan, tentang apa yang telah kita tujukan. Masih salahkah jalan ini? Atau kurang ikhlaskah hati ini? Atau sia-siakah semua ini?





_Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD_

Popular posts from this blog

DIBALIK AYAT 19-20 SURAT AR-RAHMAN. KAMU HARUS TAU!!!

Kebakaran Besar, 60.000 Pemukim Ilegal Yahudi Dievakuasi dari Haifa