Tahun Masehi, Tahun Hijriah Pilih Mana?

Oleh: Haliman Fauzan
Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD

Setiap satu detik akan berubah menjadi satu menit, lalu berubah menjadi satu jam, dan seterusnya. Waktu terus berputar maju. Hari, pekan, bulan, semua menjadi tahun yang akan dilewati. Tahun baru Masehi akan tiba. Apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan ikut bersama orang-orang menyambutnya dengan hura-hura, pesta pora, malam bertabur warna warni meriam mercon, bakar membakar makanan, dan sebagainya.

Sebelum itu, kita harus tahu sejarah dari tahun masehi itu sendiri. Tahun Masehi pertama kali dirayakan pada 45 SM. Di bentuk oleh Julius Caesar, pemimpin Romawi saat itu, bersama Sosigenes, seorang astronom Iskandariah. Julius Caesar mengganti penanggalan tradisional Romawi yang sebelumnya, menjadi tahun masehi. Penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Dari cuplikan sejarah tersebut bisa kita simpulkan bahwa, tahun masehi bukanlah bentukan dari kaum muslimin sehingga tak layak bagi seorang muslim untuk merayakan.

Bagaimana dengan tahun islam yang baru kita lewati sekitar dua pekan ini. Umar bin Khattab bersama sahabat bermusyawarah untuk menetukan tahun bagi umat islam. Pada akhirnya disepakati bahwa momen hijrahlah yang dipilih (dikenal dengan Hijriah). Hijrah itu sendiri bukan hanya sekedar eksodus umat Islam dari Makkah menuju Madinah, melainkan menyelamatkan ideologi islam ini dari serangan kaum Quraisy Makkah yang senantiasa memerangi umat islam saat itu. Sehingga akhirnya teritorial Madinah dapat dijadikan markas untuk aplikasi hukum islam, dari bentuk ibadah hingga urusan negara dan tak salah jika Umar bin Khattab memilih waktu hijrah tersebut.

Berikutnya yang dapat dipahami dari hijrah adalah perpindahan dari zaman jahiliah menuju zaman pencerdasan umat manusia. Sikap jahiliah yang ada di zaman pada saat itu seperti mabuk-mabukan, perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan segala kemaksiatan lainnya dirubah untuk menjadi kebaikan-kebaikan yang mensejahterakan umat islam dan sekelilingnya. Akan tetapi bisa kita lihat kesemarakan dalam merayakan tahun baru Hijriah, dengungnya kurang sekeras dibandingkan tahun baru Masehi. Padahal Indonesia merupakan Negara muslim terbesar di dunia.

Sebagai seorang muslim, sudah tentu kita harus bersikap untuk tidak melewati tahun baru masehi ini dengan hura-hura tak bermanfaat. Kelihatannya tidak toleran memang, tetapi di tahun baru masehi ini hal tersebut tidak termasuk. Kenapa? Umat islam adalah agama yang benar, bila kita mengucapkan selamat tahun baru masehi ini, maka kita menganggap agama tersebut benar, dan kita termasuk orang yang syirik (menyekutukan Allah). Naudzubillah..




_Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD_

Popular posts from this blog

DIBALIK AYAT 19-20 SURAT AR-RAHMAN. KAMU HARUS TAU!!!

Kebakaran Besar, 60.000 Pemukim Ilegal Yahudi Dievakuasi dari Haifa