AKHIR ZAMAN (Bag.2)
Oleh : Haliman Fauzan
Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD
“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas metode kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (Hadist Riwayat Ahmad 17680).
Berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad, umat islam akan melewati lima periode dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Pada periode yang pertama, an-Nubuwwah, dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW selama ±23 tahun, dimana proses da’wah dan penyebaran agama Islam dimulai. Periode yang kedua, Khilafatun ‘ala minhaj an-nubuwah, kekhalifahan pada saat itu dipimpin oleh para sahabat nabi, yaitu Abu Bakr, Umar bin khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib selama ±27 tahun. Banyaknya pemberontakan yang terjadi menyebabkan munculnya periode yang ketiga, mulkan aadhdhon. Masa tersebut terjadi selama ±1263 tahun yang diawali oleh kekhalifahan Mu’awiyah hingga pada masa Kesultanan Turki Utsmani atau yang dikenal The Ottoman Empire yang berakhir pada 1924 M. Pada saat itu, sistem pemerintahan menganut sistem kerajaan, tidak lagi dipilih lewat musyawarah.
Dimanakah periode kita hidup saat ini? Saat ini kita berada pada periode yang keempat, mulkan jabbriyyan. Pada masa ini, menurut hadits riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad menggambarkan bahwa periode keempat umat Islam akan hidup ”tanpa khilafah” (pemimpin). Sejak tanggal 3 Maret 1924 umat Islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan Islam ‘Al-Khilafah Al-Islamiyyah’. Pemerintahan yang sesungguhnya merupakan warisan sejak kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di kota Madinah 15 abad yang lalu. Seorang berdarah Yahudi bernama Mustafa Kemal, memproklamirkan pembubaran sistem pemerintahan Islam dengan pemerintahan sekularisme. Kondisi yang akan terjadi diperiode keempat ini digambarkan oleh nabi dalam haditsnya sebagai berikut:
“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat,” (Hadist Riwayat Ahmad 45/134).
Bila kita lihat sekarang ini, ketidakadilan hukum, fitnah yang merajalela untuk mendapatkan jabatan, harta, dsb. hingga berkurangnya jama’ah sholat di masjid. Periode ini merupakan babak dimana Allah menguji kesabaran umat Islam dengan menggilir dan menyerahkan kepemimpinan umat manusia kepada kaum kafir. Rasulullah SAW bersabda:
“ Akan terjadi masa dimana umat-umat diluar islam berkumpul disamping kalian wahai umat islam. Sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan. Lalu seorang Sahabat bertanya: ‘Apakah kami pada saat itu sedikit wahai Rasulullah? “Beliau menjawab: “Tidak. Bahkan ketika itu jumlah kalian banyak. Akan tetapi kalian ketika itu bagaikan buih dilautan. Ketika itu Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian dan kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat tadi bertanya lagi : ‘wahai Rasulullah apa yang baginda maksud dengan wahn itu? , Rasulullah menjawab: “cinta dunia dan takut mati.” (Hadist Riwayat Abu Dawud)
Apakah harapan perubahan umat Islam masih ada? Berdasarkan hadits periodisasi di atas dapat kita temukan bahwa harapan yang menyatakan bahwa periode keempat ini bukanlah periode terakhir sejarah umat Islam. Masih ada satu periode lagi yang akan kita sambut, berjayanya kembali umat islam dengan tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem Kenabian). Umat Islam akan menyaksikan munculnya kembali para pemimpin ‘Al-Khilafah Al-Islamiyyah’ di akhir zaman, insya Allah.
Kapankah terjadinya Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah? Kemungkinan kemunculan periode tersebut melewati gejolak perang yang dahsyat dengan pemimpinnya adalah Imam Mahdi. Apakah kita harus menunggu kedatangan Imam Mahdi? Yang pasti, Nabi Muhammad SAW telah mengisyaratkan bahwa kehadirannya adalah kabar gembira bagi umat islam dan kita harus menyambutnya dengan penuh semangat. Karena, dialah yang akan mengajak kita berpindah dari periode kezaliman menuju periode keadilan, insya Allah. Wallahu’alam bishawab.
*Berbagai sumber
_Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD_
“Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas metode kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (Hadist Riwayat Ahmad 17680).
Berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad, umat islam akan melewati lima periode dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Pada periode yang pertama, an-Nubuwwah, dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW selama ±23 tahun, dimana proses da’wah dan penyebaran agama Islam dimulai. Periode yang kedua, Khilafatun ‘ala minhaj an-nubuwah, kekhalifahan pada saat itu dipimpin oleh para sahabat nabi, yaitu Abu Bakr, Umar bin khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib selama ±27 tahun. Banyaknya pemberontakan yang terjadi menyebabkan munculnya periode yang ketiga, mulkan aadhdhon. Masa tersebut terjadi selama ±1263 tahun yang diawali oleh kekhalifahan Mu’awiyah hingga pada masa Kesultanan Turki Utsmani atau yang dikenal The Ottoman Empire yang berakhir pada 1924 M. Pada saat itu, sistem pemerintahan menganut sistem kerajaan, tidak lagi dipilih lewat musyawarah.
Dimanakah periode kita hidup saat ini? Saat ini kita berada pada periode yang keempat, mulkan jabbriyyan. Pada masa ini, menurut hadits riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad menggambarkan bahwa periode keempat umat Islam akan hidup ”tanpa khilafah” (pemimpin). Sejak tanggal 3 Maret 1924 umat Islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan Islam ‘Al-Khilafah Al-Islamiyyah’. Pemerintahan yang sesungguhnya merupakan warisan sejak kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di kota Madinah 15 abad yang lalu. Seorang berdarah Yahudi bernama Mustafa Kemal, memproklamirkan pembubaran sistem pemerintahan Islam dengan pemerintahan sekularisme. Kondisi yang akan terjadi diperiode keempat ini digambarkan oleh nabi dalam haditsnya sebagai berikut:
“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat,” (Hadist Riwayat Ahmad 45/134).
Bila kita lihat sekarang ini, ketidakadilan hukum, fitnah yang merajalela untuk mendapatkan jabatan, harta, dsb. hingga berkurangnya jama’ah sholat di masjid. Periode ini merupakan babak dimana Allah menguji kesabaran umat Islam dengan menggilir dan menyerahkan kepemimpinan umat manusia kepada kaum kafir. Rasulullah SAW bersabda:
“ Akan terjadi masa dimana umat-umat diluar islam berkumpul disamping kalian wahai umat islam. Sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan. Lalu seorang Sahabat bertanya: ‘Apakah kami pada saat itu sedikit wahai Rasulullah? “Beliau menjawab: “Tidak. Bahkan ketika itu jumlah kalian banyak. Akan tetapi kalian ketika itu bagaikan buih dilautan. Ketika itu Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian dan kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat tadi bertanya lagi : ‘wahai Rasulullah apa yang baginda maksud dengan wahn itu? , Rasulullah menjawab: “cinta dunia dan takut mati.” (Hadist Riwayat Abu Dawud)
Apakah harapan perubahan umat Islam masih ada? Berdasarkan hadits periodisasi di atas dapat kita temukan bahwa harapan yang menyatakan bahwa periode keempat ini bukanlah periode terakhir sejarah umat Islam. Masih ada satu periode lagi yang akan kita sambut, berjayanya kembali umat islam dengan tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem Kenabian). Umat Islam akan menyaksikan munculnya kembali para pemimpin ‘Al-Khilafah Al-Islamiyyah’ di akhir zaman, insya Allah.
Kapankah terjadinya Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah? Kemungkinan kemunculan periode tersebut melewati gejolak perang yang dahsyat dengan pemimpinnya adalah Imam Mahdi. Apakah kita harus menunggu kedatangan Imam Mahdi? Yang pasti, Nabi Muhammad SAW telah mengisyaratkan bahwa kehadirannya adalah kabar gembira bagi umat islam dan kita harus menyambutnya dengan penuh semangat. Karena, dialah yang akan mengajak kita berpindah dari periode kezaliman menuju periode keadilan, insya Allah. Wallahu’alam bishawab.
*Berbagai sumber
_Departemen Komunikasi dan Informasi-KPMD_